Kami Memang Gak Akan Cocok

Itu pikiran saya sejak setahun lalu. Well, sebelum saya cerita, saya mau kasih tau dulu kalau saya orangnya introvert parah. Salah satu keburukan orang introvert adalah memendam pemikiran, yang lama-lama bisa jadi asumsi awal dan menjadi penghakiman tak berdasar. Hal ini saya alami juga dalam membangun relasi dengan orang lain. Saya mudah sekali memiliki pemikiran seperti ini: kayaknya saya ga akan cocok berteman dengan si X, atau, sepertinya si Y ini enak untuk diajak berteman.

Temperamen sanguin-plegmatis yang saya miliki membuat saya mudah beradaptasi dengan sekitar, orang-orang yang mengenal saya dengan baik akan berpikir saya memiliki beberapa kepribadian. Kalau saya berada dalam situasi dan lingkungan yang ‘mendukung’, saya bisa ga berhenti ngomong. Sebaliknya, kalau saya lagi dalam lingkungan yang ga pas, orang lain akan melihat saya sebagai seseorang yang super pendiam.

Saya merupakan seorang ISTP. Karakter utama kelompok ini adalah independensinya yang tinggi. Bukan karena sombong atau gimana ya, natur nya emang udah kaya gitu hahaha. Saya biasa aja makan tanpa teman, atau pergi ke suatu tempat yang baru sendirian. Banyak orang kantor TPM heran waktu saya bilang saya KP ke Makassar seorang diri.

Nah, sifat-sifat di atas membuat saya memiliki hambatan dalam membangun hubungan dengan orang lain. Saya bisa memulai hubungan secara personal taraf dangkal dengan orang lain dengan mudah, tapi untuk masuk ke dalam suatu kelompok atau memiliki hubungan yang dalam dengan seseorang, itu beda kasus. Oke, sekarang masuk ke ceritanya ya.

Di angkatan Sion 2012, saya bukan termasuk orang yang aktif. Saya sering SR, PDS, tapi supermales kalau diajak PD angkatan. Saya ga merasa nyambung dengan orang-orang di dalamnya, becandaannya ga sama, bahkan ada beberapa yang membuat saya merasa insecure (if you are an introvert you will likely understand my statement). Komsel angkatan pertama yang saya hadiri adalah salah satu komsel di semester 4. Parah banget gasih hahahahaa.

Di tingkat 3 saya masuk ke kampus pengembangan, sampai saat ini saya bertugas di STKS-Polman. Tim kami ada dari 2011 dan 2012. Yang 2012 ada saya dan Arinta. Sejujurnya dari hati terdalam, saya merasa ga akan cocok dengan dia. Beneran. Gaya bicara dan becandaan kami (menurut saya) beda sekali. Semacam yang saya katakan di paragraf pertama, saya sudah bikin penilaian awal.

Ini Arinta dan saya di Cikole.

arinta

Sekitar pertengahan semester 6, saya memiliki konflik internal dalam hati saya terkait dengan sikapnya. Waktu itu dia minta saya dan seorang teman membelikan kue untuk ulang tahun adik PA nya, sebelum SR, waktu itu lagi hujan, dan kami udah di GKU Timur lantai 4. Dia lagi nugas pas SR jadi ga bisa beli. Beberapa saat berlalu dan akhirnya kami memutuskan untuk beli sebelum SR selesai. Ternyata hujan belum reda, dan temen saya ini ga bawa jas hujan so you can imagine us riding motorcycle under the rain. Udah selesai beli kue, kami balik ke parkiran sipil. Trus saya hubungin Arinta balik dong ya enaknya gimana. Eh eh, ternyata adik PA nya udah pulang dari SR, trus rencana ngerayainnya berubah jadi ke kosan dia. Waktu itu udah zzzz banget .__. Tau gitu dia bisa beli sendiri kan habis SR, kami ga perlu hujan-hujanan.  Udah gitu, jaket yang saya tinggal di GKU Timur ga ada yang bawain dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya :””

Peristiwa selanjutnya yang jadi milestone adalah ketika HC 4. Sehari sebelum HC, saya ke STKS lagi ditemani oleh Arinta untuk ketemu anak yang dijangkau, nah sebenernya pas ketemu anak ini saya udah super males gitu (dulu saya masih labil) soalnya dia ga balas-balas sms. Obrolan kami didominasi oleh Arinta yang nanya-nanyain dia tentang apapun, saya diem aja. Trus kami makan, di situ Arinta ngajakin anak ini HC. Habis itu saya PA sama anak ini, trus saya pulang. Besoknya *puji Tuhan* anak ini datang HC dan mengalami Tuhan. Saya benar-benar merasakan anak ini adalah hasil perjuangan tim, mulai dari Arinta, Kak Jill, Versi, Ko KG, dan saya. Sukacita karena keberhasilan tim itu luar biasa :””

Milestone selanjutnya adalah saat Korps beberapa hari lalu. Peristiwa ini terjadi saat sesi Kesatuan Hati. Di akhir sesi, setiap orang diminta untuk saling mendoakan. Nah, beberapa menit sudah berlalu dan saya bingung mau berdoa bareng siapa. Beneran. Seperti ga ada yang pas gitu. Saya kaya orang tersesat yang lihat kanan kiri, semua udah mulai berdoa berkelompok. Di menit kesekian, saya ngeliat Arinta dari depan datang (waktu itu dia pembicara) dan somehow saya merasa okay this is the right person to pray with. Kami pelukan dan saling mendoakan.

Keajaiban ga berakhir di situ brosis. Di hari ketiga Korps saya nempel banget ke dia. Mendadak kami nyambung ke semua hal. Hahahaha.

Jadi berdasarkan peristiwa di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Kesan awal sangat mungkin salah. Jangan menilai berdasarkan beberapa jam pertemuan.
  2. Buka pikiran, your mind determines your attitude.
  3. Your partner matters very much. Semoga saya bisa bikin tulisan lebih jauh mengenai hal ini.

Ok that’s all, have a good day everyone 🙂

One thought on “Kami Memang Gak Akan Cocok

Leave a comment